Rabu, 04 Januari 2012

CHAPTER 1
SUATU PAGI DI ISTANA WINBURG

Mentari masih malu menampakkan diri padahal musim hangat sudah mulai menyapa negeri Winburg, sebuah negeri makmur yang dipimpin oleh seorang Raja bijaksana bernama Thomas Joseph King X.  Di bawah kepemimpinannya negeri Winburg tumbuh dengan subur dan damai.  Padang rumput terhampar menghijau indah diselingi banyak hewan ternak yang mencari rumput segar di Winburg.  Deretan bukit mengelilingi Winburg laksana benteng memagari benda berharga.  Belum lagi hasil tambang yang berkilauan dan membuat Winburg menjadi salah satu negeri incaran para musuh.  Beruntung negeri Ksatria ini selalu dapat menghalau musuh yang menyerang sehingga kemakmuran dan kesejahteraan bukan lagi hal langka di negeri Winburg.
Kepemimpinan Raja Thomas Joseph King X sedikit berbeda dengan raja-raja sebelumnya karena berhasil melewati batas dua puluh lima tahun kehidupan dan menghasilkan satu keturunan cantik bernama Aurora.  Berbeda dengan kebanyakan Raja lainnya yang mempunyai selir, Raja Thomas Joseph King X hanya menikah sekali dengan Ratu Maria Frederich Lou. Selanjutnya, putri cantik bernama Aurora Frederich King ini selalu menemani hari-hari Raja menjadi lebih indah.  Walau mengharapkan putra yang dapat menggantikan kedudukannya kelak namun Raja Thomas tetap menyayangi putri kenangan terakhirnya dengan Ratu Maria tersebut. Putri Aurora, begitu seluruh sendi istana Winburg memanggilnya.
Putri Aurora tumbuh menjadi gadis cantik dan juga lincah.  Rambut pirangnya yang terurai hingga punggungnya selalu menimbukan decak kagum.  Warna rambutnya yang coklat kekuningan bersanding pas dengan warna bola matanya yang biru kehijauan.  Bibirnya yang tipis merah merona pun menambah keelokan wajahnya.  Kulitnya yang seputih dan selembut salju membuat seluruh penghuni istana Winburg berdecak kagum. Tingginya yang cepat sekali bertambah juga membuatnya tampak lebih dewasa daripada usianya.  Namun, sayangnya tingkah Putri Aurora masih saja kekanak-kanakan. 
Putri Aurora bergerak kesana sini dengan lincah sehingga tidak sedikit keributan telah dibuatnya di istana Winburg ini.  Seperti pagi-pagi sebelumnya, istana megah yang dikelilingi pepohonan rindang ini selalu ramai dan lebih gempar lagi dengan adanya ulah Putri Aurora yang semakin menjadi-jadi.  Pagi itu saja sudah sepuluh dayang dibuat bingung mencari Putri Aurora hanya untuk bersiap mandi dan sarapan.  Padahal Putri Aurora sudah bukan anak kecil lagi.
“Ayo coba tangkap aku” Putri Aurora kabur dari ruangannya dengan piyama yang masih menempel.  Rambut panjangnya yang berwarna coklat  menari-nari terkena angin pagi. 
“Duh putri…ayo mandi dulu.  Mainnya nanti dulu…” Marloette berteriak sembari mengejar Putri Aurora.  Kepala dayang yang membantu keperluan Putri Aurora sejak masih dalam kandungan itu bertubuh sedikit tambun dengan beberapa helai rambut putih sudah menghias di kepalanya.  Namun wanita itu tetap saja segar bugar dan tidak bosannya melayani Putri Aurora bahkan apapun akan dilakukan untuk memuaskan Putri Aurora termasuk meladeni semua permaian Putri Aurora.  Maklum Putri Aurora tidak punya teman bermain karena hanya satu-satunya putri Sang Raja.
Marloette masih saja berlari kecil mencari Putri Aurora yang sudah melesat jauh karena kelincahannya. Biasanya tidak begitu sulit menemukan Putri Aurora bila sedang ingin bermain petak umpet.  Taman Batu Bundar menjadi jawabannya.  Putri Aurora begitu menyukai taman dengan sebuah air mancur di tengah.  Tepat di samping air mancur terdapat sebuah batu bundar berdiameter satu meter yang dilengkapi dengan sebuah kursi kecil di sebelahnya.  Putri Aurora paling menyukai tempat itu untuk bersembunyi.  Dari luar memang tidak akan terlihat ada orang bersembunyi di balik batu air mancur itu.  Putri Aurora selalu menghabiskan sisa waktu sorenya di taman ini bila tidak ada pelajaran tambahan dari para guru yang diundang langsung ke istana oleh Raja.  Namun tidak jarang Putri Aurora bermain di taman lainnya karena memang banyak taman menghias setiap sudut di istana ini.
“Mari tuan putri, Paduka Raja sudah menunggu untuk sarapan bersama” Marloette, dayang kesayangan Putri Aurora sudah menemukan persembunyian Sang Putri atau lebih tepatnya sebuah tempat untuk melarikan diri Putri Aurora.  Dengan nafas tersengal-sengal karena usianya yang sudah tidak muda lagi, Marloette mendekati Putri Aurora yang duduk manis di bangku tepat di bawah batu bundar.  Tingkahnya tidak seperti Putri Aurora yang memang sengaja ingin bersembunyi.
“Aku bosan Marloette.  Kapan aku bisa bermain di luar sana?” Marloette hanya tersenyum.  Ini bukan kali pertamanya Putri Aurora mengungkapkan keinginannya untuk keluar dari istana namun apa boleh buat peraturan di istana Winburg tidak dapat terbantahkan.  Putri Aurora dilarang menginjakkan kaki keluar istana sebelum berusia 17 tahun.
“Apa aku harus menunggu seperti ini terus Marloette” wajah Putri Aurora tampak merajuk.  Memang, sejak Sang Ratu meninggal dunia saat melahirkan Putri Aurora, Paduka Raja menjadi sangat melindungi Putri Aurora bahkan di dalam istana sekali pun puluhan dayang siap melayani Putri Aurora  belum lagi para kesatria Winburg yang siap melindungi Putri Aurora setiap waktu.
“Tenanglah Tuan Putri….sebentar lagi Putri berusia 17 tahun dan dapat menginjakkan kaki di luar istana” Marloette berusaha menghibur.
“Huh…tapi aku bosan.  Rasanya seperti ratusan abad menunggu saat itu datang Marloetta.  Bisa-bisa aku sudah mati kebosanan di sini.  Peraturan macam apa itu”
“Duh Putri…jangan bicara yang tidak-tidak.  Tuan Putri kan hampir berusia 17 tahun.  Lagi pula Paduka Raja terlalu sayang pada Tuan Putri sehingga membuat aturan seperti itu”
“Hampir bagaimana? Masih harus menungu empat tahun lagi.  Huh…pokoknya aku bosan…toh aku bisa melindungi diri sendiri di luar sana.  Atau aku harus mogok makan seperti dulu lagi?” Putri Aurora menakut-nakuti Marloette.
“Duh Putri…hamba mohon jangan melakukan hal bodoh yang dapat menyebabkan putri sakit.  Kami semua menyayangi Tuan Putri”
“Huh…kalau ayah sayang maka aku akan dibolehkan bermain ke luar istana.  Toh ayah sudah membekaliku banyak hal termasuk didikan yang sama seperti didikan para ksatria yang tidak pernah bosan berada di sampingku itu” Putri Aurora benar-benar merajuk.
“Hem…Hem…” terdengar suara deheman berat, suara lelaki.
“Tampaknya ada yang baru saja menyebut nama Ksatria Winburg” tampak sesosok lelaki berwajah tampan dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh sentimeter tiba-tiba muncul di samping Putri Aurora.  Rambutnya yang panjang sebahu dan terurai hitam menambah pancaran aura ksatrianya.  Sebuah senyum tersungging di bibirnya, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.  Sebuah tahi lalat ada di ujung pelipis kanannya, sangat khas dengan ukuran kecil namun masih dapat terlihat bila kamu berhadapan dekat sekali dengan lelaki itu.
“Oalah….Ksatria Jonathan mengagetkan saja” Marloette nyaris terkejut di buatnya.  Ksatria Jonathan yang disebut makin memperlebar senyumnya, seolah menang bahwa dia berhasil mengejutkan kepala dayang tersebut.
“Hormat hamba pada Tuan Putri” Ksatria Jonathan memberikan salam dengan membungkukkan setengah badan di hadapan Putri Aurora.
“Tuh kan Marloette…baru saja kusebut nama ksatria sudah muncul Jonathan di hadapanku.  Apa memang aku tidak pernah bisa melakukan segalanya sendirian?” Putri Aurora bersungut kesal, berdiri dari duduknya dan pergi melangkah meninggalkan Marloetta dan Jonathan yang selalu dibuatnya bingung.
“Maafkan Tuan Putri, Ksatria Jonathan…” Marloetta merasa tidak enak hati.
“Sudahlah bibi Marloetta…kita semua tahu tabiat Tuan Putri kalau sedang merajuk.  Toh sebentar lagi senyum sudah tersungging di bibir indahnya.  Betul kan Bi…” Jonathan pun mengejar Putri Aurora diikuti oleh Marloette yang hanya geleng-geleng kepala.
“Mau apa lagi Jo” bentak Putri Aurora ketika Jonathan sudah sejajar dengannya.
“Hanya mau mengingatkan nanti sore ada latihan pedang di Taman Beringin Tengah”
“Huh…berlatih pedang terus tapi tidak pernah dapat kesempatan keluar.  Memangnya siapa yang mau aku tebas dengan pedangku di istana ini”
“Hahaha…” Jonathan tidak dapat menahan tawanya, membuat wajah Putri Aurora semakin lucu.
“Kenapa tertawa? Apa aku membuatmu geli ya”
“Maaf Tuan Putri…pasti tidak ada yang menyangka satu-satunya Putri kerajaan Winburg berlatih pedang hanya untuk menebas kepala orang”
“Okey…lalu katakan untuk apa aku berlatih semua itu hah?” Putri Aurora menghentikan langkahnya.  Dia sudah sampai di depan kamar megahnya.
“Berlatih pedang, naik kuda, memanah, berenang, bahasa, bahkan sampai meracik obat. Buat apa semua itu?” Putri Aurora membuat senyum Jonathan semakin lebar.
“Untuk melindungi diri Tuan Putri bila kesempatan keluar istana itu hadir” Putri Aurora terdiam cukup lama, kalimat Jonathan memercikkan ide nakal di benaknya.  Benar apa kata Ksatria Pelindung yang satu ini bahwa Putri Aurora sudah memiliki bekal cukup untuk melindungi dirinya sendiri bahkan bila berada di luar istana sekalipun.
“Oya? Bukankah aku selalu didampingi para Ksatria Pelindung setiap saat? Jadi buat apa memerlukan semua perlindungan diri seperti ini?” pancing Putri Aurora.
“Bagi kami nyawa Tuan Putri adalah yang utama bahkan di atas nyawa kami sendiri namun bagaimana pun kami hanya manusia biasa Tuan Putri” jawaban Jonathan membuat Putri Aurora tidak dapat mengeluarkan kata-kata lagi. Putri Aurora menyunggingkan senyuman penuh arti, penuh ide nakalnya.
“Selamat mandi Putri…” imbuh Jonathan sambil membungkukkan diri pamit dan membuat wajah Putri Aurora memerah.  Dia tidak sadar sedari tadi hanya menggunakan piyama berkeliaran di istana megah ini. Ah bukannya Jonathan sudah sering melihatnya mondar mandir seperti anak kecil hanya dengan piyama tidur tapi mengapa kali ini wajah Putri Aurora merah merona menahan malu. Entahlah.
“I…iya” jawab Putri Aurora malu sembari segera masuk ke dalam kamarnya.  Di dalam, lima dayang sudah menunggunya dengan perlengkapan mandi.
“Huh…harusnya aku sudah tidak harus merepotkan kalian semua.  Masa hanya untuk mandi butuh banyak orang seperti ini.  Tinggalkan saja aku sendiri” Putri Aurora membuat Marloetta yang baru saja datang makin tersengal-sengal.
“Ampun tuan Putri…ini sudah aturan istana.  Kita harus melayani semua keperluan tuan Putri termasuk mandi”
“Aku akan bersiap sendiri Marloetta.  Kalian tunggu saja di luar.  Aku tidak akan lama” Marloetta masih bingung.  Keinginan Putri Aurora memang aneh-aneh.
“Ini perintah Marloetta” tambah Putri Aurora dan Marloetta keluar dari kamar megah Putri Aurora  diikuti oleh kelima dayang.
“Huaaa….akhirnya pergi juga” Putri Aurora mengghela napas lega.  Dirasakan hangatnya air di bak mandi besarnya.  Awalnya Raja ingin membangun kolam kecil agar Putri kesayangannya ini dapat bebas berenang namun Putri Aurora menolak karena berenang di Ruang  Duyung sudah membuatnya puas tanpa perlu membangun khusus di dalam kamar megahnya.  Ruang Duyung sendiri memang tempat berenang terbesar di dalam istana Winburg ini.  Terdiri dari beberapa sekat tergantung tingkatan jabatan di istana.  Ruang Duyung untuk Putri Aurora pun sudah tersedia khusus, sebuah kolam renang berhiasan batu marmer dengan ukuran keeluruhan 20 meter x 30 meter dan terdiri dari kedalaman yang berbeda-beda.
“Hm…benar juga yang dikatakan Jonathan tadi.  Bekal yang kumiliki sudah cukup.  Aku dapat menghirup udara kebebasan sebentar lagi tanpa perlu menunggu empat tahun ini.  Benar juga kata Marloetta.  Aku tidak akan mogok makan seperti dulu.  Konyol sekali membayangkan ayah akan memberiku izin sementara badanku sudah lemas tidak makan berhari-hari.  Ayah…ayah…kapan berhenti memperlakukanku seperti anak kecil dan selalu saja khawatir” Putri Aurora meluapkan semua ide nakalnya selama berendam dalam cairan lembut nan harum.
Tampaknya kali ini idenya akan berjalan lancar.  Mungkin.
***
Tiga tahun yang lalu Putri Aurora pernah merajuk ingin melihat kondisi di luar istana hingga rela mogok makan dua hari berturut-turut dan Raja Thomas nyaris saja mengabulkan keinginannya. Puluhan Ksatria Pelindung, julukan untuk para Ksatria Winburg yang berhasil terpilih untuk menjaga Putri Aurora selama di dalam istana telah siap untuk mengawal Putri Aurora saat berada di luar istana nanti.  Berita kemunculan Putri Aurora pun sudah di dengar oleh rakyat sehingga ribuan rakyat Winburg yang tidak pernah melihat wajah Putri Aurora berkumpul di depan gerbang istana, berharap dapat melihat wajah cantik Putri kebanggaan Winburg tersebut.  Namun kegembiraan Putri Aurora hanya sampai di pintu gerbang istana Winburg saja.  Raja Thomas tiba-tiba mengurungkan niatnya dan menyuruh seluruh Ksatria Pelindung kembali ke istana utama dengan membawa serta Putri Aurora.  Seketika sirna sudah kegembiraan Putri Aurora.
Puluhan Ksatria Pelindung di atas kuda dan juga sebuah kereta kuda istimewa yang sudah dipersiapkan untuk Putri Aurora harus rela kembali dengan tangan kosong.  Persiapan yang menghabiskan waktu dua hari dan melibatkan hampir seluruh pengawal istana itu berakhir dalam sekejap saat seorang Ksatria Pelindung berkuda dari istana utama menuju ke samping Ksatria Jonathan yang dipercaya menjadi pimpinan.  Ksatria Pelindung itu memberikan gulungan surat kepada Ksatria Jonathan yang isinya Sang Raja membatalkan acara Putri Aurora tanpa alasan yang jelas.
“Ayah Jahat !!!” hanya kata-kata itu yang dilontarkan Putri Aurora tiga tahun yang lalu, saat berusia sepuluh tahun.  Bayangan indah berkelana di luar istana walau dikawal oleh Ksatria Pelindung langsung pupus seketika saat mendengar Ayahandanya membatalkan rencana ini.
“Maafkan ayah Putriku…ayah belum sanggup melepasmu” hanya itu yang diucapkan Raja Thomas membalas kalimat racauan Putri Aurora. 
“Aku sudah besar ayah…sampai kapan ayah akan mengurungku seperti ini terus.  Lagipula aku ditemani oleh Ksatria pelindung, para ksatria terbaik Winburg. Apalagi yang membuat ayah membatalkan hal ini” racauan Putri Aurora semakin menjadi-jadi.  Raja Thomas Joseph King X hanya diam.  Dia tahu menjawab pertanyaan putrinya yang sedang emosi sama saja dengan menyulut api ke dalam jerami kering, semakin besar nyalanya.
“Ayah Jahaaaaatttt” dan kalimat itu menutup kemarahan Putri Aurora yang selanjutnya mengurung diri di ruang baca istana. 
“Tinggalkan aku sendirian” ujarnya mengunci diri di Ruang Baca Putri, sebuah perpustakaan khusus di dalam istana Winburg yang dirancang khusus oleh Raja Thomas demi memuaskan hobi baca Putri Aurora.  Bukan perpustakaan kecil karena ruangan berukuran dua puluh meter kali sepuluh meter ini dipenuhi buku yang sebagian besar sudah dilahap oleh Putri Aurora bahkan sejak pertama kali Putri Aurora dapat membaca.  Bahkan Raja Thomas terpaksa memindahkan sebagian buku di Perpustakaan Utama istana Winburg ke dalam Ruang Baca Putri tersebut atas permintaan Putri Aurora.  Tidak jarang Putri Aurora meminta buku yang tidak pernah dibayangkan oleh Raja Thomas sekalipun.  Alfonso sebagai penjaga Perpustakaan Utama bahkan sampai geleng-geleng kepala terhadap hobi baca Putri Aurora.  Lelaki berpawakan pendek yang sudah lebih dari setengah abad itu kagum sekaligus kewalahan dalam menyediakan buku yang diminta oleh Putri Aurora.  Pernah suatu saat Putri Aurora meminta buku tentang saluran air negeri Winburg dan Alfonso baru memberinya setelah dua hari mencari di ratusan deret rak buku Perpustakaan Utama.
“Buku yang aneh…lebih aneh lagi hobi membaca Tuan Putri ini” gumam Alfonso sembari terus mencari buku yang diminta Putri Aurora.
Terbukti usaha pencariannya tidak sia-sia bahkan sampai Putri Aurora mendatanginya di sore setelah hari kedua pencarian Alfonso.
“Sudah dapat bukunya paman?” begitu tanya Putri Aurora pertama kali memasuki Perpustakaan Utama.
“Wadoh Tuan Putri…buku yang Tuan Putri minta begitu sulit dicari apalagi tercampur baur dengan ribuan buku di ruangan besar ini.  Kiranya gerangan apa yang membuat Putri ingin mengetahui saluran air negeri Winburg?”
“Aku hanya penasaran saja paman. Bagaimana mungkin negeri kita yang berupa daratan dan hanya dikelilingi satu lautan ini masih dapat memasok air tanpa henti sementara setahuku hanya sedikit mata air di negeri kita”
“Ohhh…semuanya karena kita memiliki Sungai Heart Red  Putri.  Tanpa sungai terpanjang sekaligus terbesar ini mustahil kita dapat mengairi seluruh pertanian rakyat Winburg termasuk istana ini juga”
Putri Aurora diam mendengarkan.  Otaknya kembali mendapatkan ilmu sekaligus mencuatkan banyak pertanyaan di benaknya.
“Berarti bila Sungai Heart Red  kering kita semua akan mati paman?” tanya Putri Aurora memastikan.
“Tidak langsung mati Putri…penduduk Winburg tidak sebodoh itu hanya mengandalkan Sungai Heart Red Putri.  Bagi mereka, sungai ini adalah sungai suci yang harus dijaga tidak boleh kering sehingga banyak di antara penduduk yang juga menggali sumur sebagai sumber air”
“Sumur…lubang besar seperti di dalam istana kita ini paman?”
“Benar tuan Putri…”
“Tapi paman…bila Sungai Heart Red  adalah hal penting di Winburg, apa jadinya bila suatu hari nanti musuh menguasai sungai tersebut.  Meracuninya atau mengirimkan pasukannya dari bawah sungai untuk menghancurkan negeri kita?”
Alfonso terkejut bukan main atas pertanyaan Putri Aurora.  Ingatannya tentang perang terakhir dari bangsa Bar-Bar yang masih membekas lantaran saat perang dia seusia Putri Aurora tersebut membuatnya merinding.  Semoga peperangan paling keji yang pernah diketahuinya itu hanya berlangsung sekali dan tidak akan pernah terjadi lagi.
“Tuan Putriku yang bijak…hanya orang-orang yang berhati mulia yang tidak akan berperang merusak bangsa tertentu namun hanya orang yang berhati baik yang akan berperang dengan cara sehat bukan cara licik yang menyengsarakan rakyat tidak berdosa”
“Tapi paman…kita tidak akan pernah tahu bukan apa yang akan terjadi”
“Benar Putri…sama seperti peristiwa lima puluh tahun yang lalu saat bangsa Bar-Bar menyerang negeri kita.  Saat itu paman masih kecil sama seperti usia Tuan Putri sekarang ini.  Peperangan yang sangat keji”
“Ceritakanlah perang itu padaku paman.  Aku tidak pernah mendengar cerita ini sebelumnya bahkan dari guru yang ayah kirimkan sekalipun” rasa penasaran menggerogot Putri Aurora.
“Bangsa Bar-Bar sebenarnya tidak lebih kuat dari para Ksatria Winburg yang bertubuh besar.  Bangsa Bar-Bar hanya kumpulan orang-orang pendek berkulit sawo matang  dengan muka keras.  Namun dengan badannya yang kecil itu mereka lihai bergerak ke mana pun.  Mereka menyerang menggunakan Sungai Heart Red  seperti yang Putri katakan tadi.  Bahkan mereka berhasil menyusup hingga ke dalam istana.  Untung saja Ksatria Winburg telah bersiaga melindungi istana sehingga pertahanan kita satu-satunya tidak jatuh ke tangan mereka.  Darah menggenangi seluruh Winburg bahkan Sungai Heart Red  berubah menjadi lautan darah.  Bukan hanya pasukan Ksatria Winburg yang ikut melawan serangan Bar-Bar tersebut namun juga rakyat Winburg.  Mereka yang mengetahui pasukan Bar-Bar bermunculan dari dalam air sungai segera saja menaburkan zat cuka maupun saos pedas yang membuat mata Bar-Bar terasa pedih.  Namun apalah arti perlawanan rakyat dibanding ribuan pasukan Bar-Bar yang datang.  Peperangan ini memakan korban banyak sekali terutama dari kalangan rakyat jelata yang hanya dapat bertarung ala kadarnya.  Saat itu, negeri kita dipimpin oleh Ksatria Johannes Joseph yang akhirnya menggantikan Raja Winburg.  Mengerikan sekali Putri…sungai Heart Red  bahkan berubah warnanya menjadi warna darah hingga seminggu setelah peperangan usai.  Rakyat menyebutnya Heart Red karena diharapkan peristiwa berdarah yang membuat air sungai berubah merah tersebut tidak akan pernah ada lagi. Itu benar-benar perang terkeji yang pernah hamba lihat putri…”
Putri Aurora merasakan udara dingin menyergapnya selama Alfonso menceritakan perang Bar-Bar kepadanya. Terasa butiran hangat mendesak di ujung pelupuk mata Putri Aurora.  Bayangan ribuan rakyat jelata menjadi korban di Sungai Heart Red membuatnya teringat dengan sahabat kecilnya yang juga menjadi korban sungai terpanjang dan terbesar di Winburg.
“Maafkan hamba membuat Putri bersedih…” Alfonso segera membungkukkan badan meminta maaf setelah melihat butiran bening tersebut.
“Aku yang seharusnya minta maaf paman…aku membuka luka lama paman.  Maafkan aku yang terlalu bersenang-senang di istana ini padahal istana ini dibangun dari perjuangan para Ksatria yang rela mengorbankan dirinya.”
“Benar Tuan Putri.  Sejak peperangan yang memakan korban terbesar itulah muncul Hutan Ksatria.  Rakyat secara sukarela mengabdikan dirinya berlatih kekuatan fisik di Hutan Ksatria ketika mereka dewasa.  Bahkan sejak dari kecil, hampir seluruh lelaki di Winburg ini akan bercita-cita menjadi Ksatria Winburg.  Para kepala keluarga akan bangga bila anak lelakinya dapat berlatih di Hutan Ksatria. Hanya ksatria yang sudah terujilah yang dapat memasuki istana ini putri”
“Maksud paman…termasuk Jonathan yang tidak pernah hentinya memaksaku berlatih pedang itu paman?” Putri Aurora membayangkan tubuh berotot Ksatria Jonathan yang selalu berhasil memaksanya berlatih pedang setiap hari.
“Benar Tuan Putri.  Kami para ksatria telah mendapatkan tugas kami masing-masing untuk memberi ilmu yang kami punya kepada Putri karena Putri satu-satunya penerus kerajaan Winburg ini”
“Tapi paman…bukan kah para Ksatria itu juga dapat menjadi penerus kerajaan Winburg? Sama seperti Ksatria Johannes yang melumpuhkan bangsa Bar-Bar dulu?”
“Itu memang benar Tuan Putri.  Namun bagaimana pun Tuan Putri satu-satunya putri Baginda Raja dan berhak memimpin negeri ini suatu hari nanti”
“Tapi paman…aku masih suka bermain.  Masa seorang Raja kerjanya hanya bermain saja” Putri Aurora tersenyum kecil.
“Suatu hari nanti Putri akan mengetahui bahwa Putri pantas memimpin negeri ini”
“Tapi paman…bagaimana aku bisa memimpin negeri ini bila aku tidak pernah melihat negeri ini secara keselurahan.  Masa aku hanya di dalam istana saja dan mengetahui dunia luar sana dari buku-buku yang paman berikan”
“Itulah gunanya buku Putri.  Buku membuka mata kita bahkan sebelum kita melihat dunia secara langsung.  Dan…ini buku yang Putri minta” Alfonso menyerahkan sebuah buku tentang saluran air negeri Winburg kepada Putri Aurora yang menerimanya dengan senang hati.
“Bila tidak keberatan…adakah buku khusus tentang perang dari bangsa Bar-Bar tersebut paman?  Aku tidak pernah mendengar perihal peperangan ini dari guru-guruku termasuk dari ayah juga.  Aku hanya ingin mengetahuinya lebih jauh.  Tolong carikan untukku ya paman.  Terima kasih atas buku yang ini paman.  Aku akan melengkapi perpustakaanku dengan buku ini” Putri Aurora membungkukkan badan layaknya Putri sesungguhnya dan memohon pamit sebelum Alfonso dapat menjawab permintaan Putri Aurora.  Mungkin memang tidak perlu jawaban karena setiap permintaan buku dari Putri Aurora artinya wajib dicarikan bahkan kalau perlu diciptakan bukunya bila memang belum ada.
***
Hobi membaca Putri Aurora sudah lama berlangsung apalagi sejak Putri Aurora dapat membaca pertama kalinya di usia yang sangat muda, tiga tahun.  Hampir tiap hari para dayang kewalahan menyediakan buku bacaan yang pantas untuk usia dini Putri Aurora.  Belum lagi setiap akan tidur Putri Aurora selalu minta dibacakan dongeng yang tidak boleh sama setiap harinya.  Untuk yang satu ini, Raja Thomas bahkan terpaksa mengumpulkan semua pendongeng hebat di negerinya untuk menuliskan kisah dongeng yang mereka punya di buku khusus.  Buku inilah yang nantinya akan dibacakan oleh para dayang bergantian sampai Putri Aurora tertidur.  Sampai usia sepuluh tahun pun Putri Aurora masih minta dibacakan dongeng sehingga sudah tujuh tahun berturut-turut Putri Aurora mendengarkan ribuan dongeng. 
Herannya, Putri Aurora tidak pernah bosan bahkan Putri Aurora selalu ingat dongeng yang sudah pernah didengarnya.  Pernah Marloette menceritakan dongeng yang sama dan walhasil malah Putri Aurora yang bercerita tentang dongeng tersebut kepada Marloette.  Kata Putri Aurora, itu dongengnya saat berusia lima tahun.  Ingatan yang luar biasa bukan.  Dari ribuan dongeng yang Putri Aurora dengarkan, ada satu dongeng yang selalu diingatnya termasuk orang yang menceritakan dongeng itu kepada Putri Aurora. Dia sebenarnya pendongeng sekaligus pelindung utama Putri Aurora saat berusia tiga tahun.  Dia juga orang pertama yang mendongengkan cerita indah kepada Putri Aurora.  Namun sayang orang tersebut hanya menjadi kenangan saja karena tepat di usia kelima tahun Putri Aurora, orang itu menghilang. 
Putri Aurora memang bukan putri sembarangan apalagi dengan daya ingat luar biasa yang dimilikinya.  Warisan kepandaian dan kecantikan dari Ibundanya erat melekat pada diri sang putri.  Ratu Maria Frederich Lou merupakan putri kesayangan dari Raja Frederich dari negeri tetangga Winburg, negeri Sundesch.  Istana Sundesch yang terletak di ujung selatan daratan istana Winburg ini memang terkenal makmur sehingga Raja Frederich Lou merelakan putri tersayangnya bersandang dengan Pangeran Thomas Joseph King X yang kini menjadi raja Winburg sekaligus ayahanda Putri Aurora.
Tercatat pernikahan Raja Thomas Joseph King X dengan Maria Frederich Lou merupakan pesta rakyat terbesar selama sepuluh tahun terakhir.  Pintu gerbang utama Istana Winburg yang biasanya tertutup untuk rakyat umum dibuka lebar-lebar dan seluruh rakyat bebas menikmati aneka ragam makanan dan minuman.  Pesta pernikahan tersebut lebih meriah daripada pesta tahunan perayaan kemerdekaan Winburg. Kelahiran Putri Aurora sebagai satu-satunya penerus keturunan Joseph King juga membuat rakyat Winburg bersuka cita sekaligus berduka yang sangat mendalam karena kehilangan Ratu Maria yang mereka idolakan.  Tercatat pernihakan singkat lima tahun tersebut membuat rakyat bahagia.  Ratu Maria adalah ratu yang tidak segan bergaul dengan rakyat jelata.  Pintu gerbang istana Winburg seakan terbuka lebar untuk seluruh rakyat yang membutuhkan.  Tidak jarang Ratu Maria keluar dari istana  hanya sekadar untuk mengetahui adakah rakyatnya yang masih kelaparan dan tidak mempunyai sesuatu untuk dimasak.  Ratu Maria lebih sering menyamar menanggalkan kemewahan istana dan hanya ditemani oleh Ksatria Pelindung bila bertemu rakyatnya.  Saat itu, Alexander van Burgh adalah Ksatria Pelindungnya.
Kini Putri Aurora beranjak 13 tahun dan keinginannya untuk melihat dunia di luar istana Winburg semakin bergelora.  Putri Aurora begitu terhipnotis oleh puluhan buku tentang Winburg yang habis dilahapnya.  Selama ini Putri Aurora hanya mendengar cerita Winburg dari dayang, Ksatria Pelindung, para guru bahkan buku saja tanpa pernah sekalipun dia melihat secara langsung negerinya di luar sana.  Selama ini pula Putri Aurora belajar dari para guru terbaik yang didatangkan langsung dari tempat-tempat terbaik di Winburg. 
“Mari masuk putri…Paduka Raja sudah menunggu lama untuk sarapan ini” ajak Marloette yang terkejut melihat hasil dandanan Putri Aurora tanpa bantuan para dayang.  Sama cantiknya dengan Ratu Maria dulu.
“Kenapa melihatku seperti itu Marloette?” Putri Aurora tampaknya mengerti tatapan berbeda Marloette.
“Ampun Putri… Putri Aurora  cantik sekali hari ini sama seperti Baginda Ratu Maria awal berada di istana dulu” dan Putri Aurora hanya tersenyum.  Lukisan besar Ratu Maria di kamar megah Putri Aurora memang tidak dapat berbohong bila wajah dan kecantikan Ratu Maria menurun langsung kepada Putri Aurora.
“Baiklah…mari kita temui ayah” Putri Aurora berjalan mengikuti Marloette menuju ke ruang makan.
“Aku akan bicara lagi pada ayah tentang rencanaku keluar istana.  Tak sabar rasanya harus mengunggu 4 tahun lagi.” ujar Putri Aurora pelan seperti mengoceh mulai dari kamar besarnya hingga ruang makan.
“Putri Aurora memasuki ruangan” suara lantang penjaga pintu terdengar dan Putri Aurora berjalan elok memasuki ruang makan tersebut.  Tak banyak memang, hanya ada Raja Thomas di pagi itu.  Sarapan pagi setiap hari Rabu memang khas hanya ada Raja dan Putri, berbeda dengan sarapan di hari Senin yang melibatkan seluruh petinggi istana Winburg dan Putri Aurora pun ikut di dalamnya.  Turut menyaksikan gaya makan para petinggi Winburg yang membantu Raja Thomas menggerakkan negeri Winburg dalam kesejahteraan.  Selebihnya hari-hari biasa sarapan dilakukan di ruang masing-masing karena kesibukan Raja Thomas yang luar biasa.
“Selamat pagi Ayah” Putri Aurora mendekat dan mengecup pipi Raja Thomas.
“Putriku tersayang….selamat pagi.  Lama sekali ayah harus menunggumu hanya untuk sarapan spesial ini ”
“Maafkan Aurora ayahanda“ ujar Putri Aurora sembari tersenyum. Keduanya kini berada di tiap ujung meja makan sepanjang lima meter tersebut.  Para dayang segera mengeluarkan hidangan sarapan pagi.  Biasanya menu Cornette selalu jadi menu spesial di sarapan hari Rabu ini karena Putri Aurora memang begitu menyukai Cornette buatan koki terbaik di istana Winburg, Bernando.  Cornette yang berupa sup jagung ini dimasak tidak begitu matang hingga airnya masih bening dan bila jagung mudanya masuk ke mulutmu maka langsung akan terasa kres dan rasa manis akan menyebar.  Hanya berupa jagung manis yang dibuat sup dengan rasa alamiah jagung yang tidak hilang tapi siapa sangka Bernando membutuhkan bumbu-bumbu lainnya agar setelah rasa manis, ada rasa gurih serta asin yang mengenyangkan.  Tidak semua koki istana ini dapat membuatnya dengan sesempurna Bernando, koki idola Putri Aurora.
“Ayah, bagaimana kabar kakek Frederich.  Sudah lama tidak berkunjung kemari. Apakah sakit kakek sudah membaik?” tanya Putri Aurora kemudian setelah berbagai hidangan siap di hadapannya.  Berbincang di sela sarapan ini adalah hal yang paling menyenangkan karena sulit untuk bertemu Raja Thomas dalam waktu luang yang banyak.
“Kabar terakhir kakek masih belum membaik sayang namun ayah sudah carikan tabib dan dokter terbaik untuk mengobatinya.   Putriku tidak perlu terlalu khawatir”
“Aurora ingin sekali mengunjungi kakek, ayah.  Selama ini kakek begitu baik terhadap Aurora dan sekarang saatnya Aurora membalas kebaikan kakek” Putri Aurora menata kalimatnya dengan baik, hanya untuk satu tujuan, melihat dunia di luar istana.  Raja Thomas hanya diam dan tidak segera menjawab.
“Putriku sayang….bersabarlah empat tahun lagi dan kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau di luar sana” ucap Raja Thomas tegas seperti tanpa sela sedikit pun untuk Putri Aurora menerobosnya.
“Ayahandaku sayang, Aurora takut bila nantinya berada pada penyesalan teramat berat bila tidak segera mengunjungi kakek….” Lanjut Putri Aurora memberi jeda ayahnya untuk berpikir.
“Aurora tidak ingin kejadian nenek terulang lagi dan Aurora hanya dapat berkabung dari dalam istana ini tanpa pernah sekali pun melihat makam nenek” garis wajah Paduka Raja sedikit melunak dan Putri Aurora merasa sedikit lagi misinya akan berhasil.
“Aurora tidak akan lama di sana ayah…hanya memberikan sedikit hadiah untuk kakek.  Aurora telah merajut baju hangat untuk kakek” Putri Aurora tak berhenti merayu.
Paduka Raja menarik napas berat.  Bukan kali pertamanya kejadian seperti ini terjadi.  Melepaskan putrinya sendirian melintasi jarak jauh ke negeri seberang bukan perkara yang mudah apalagi sebelum usia Putri Aurora 17 tahun.  Begitu berat taruhannya walaupun Ksatria Winburg terkenal sebagai ksatria terbaik seantero negeri ini namun tetap saja Raja Winburg merasa berat melepaskan Putri Aurora.  Putri Aurora satu-satunya pewaris tunggal kerajaan Winburg dan itu berarti keselamatannya adalah yang utama.  Lagipula, Raja Winburg itu yang paling tahu berapa banyak musuhnya di luar sana yang ingin menyakiti putri kesayangannya, Putri Aurora.
“Putriku sayang…kondisi di luar sana kurang baik untukmu dan dapat membahayakanmu” desah Raja Thomas pada akhirnya dan dapat ditebak raut kecewa wajah Putri Aurora.
“Ayah tidak dapat mengizinkanmu.  Nanti ayah perintahkan orang terbaik untuk mengantarkan hadiahmu pada kakek.  Baliau pasti paham alasannya.  Hal ini tidak perlu dibahas dan diperpanjang lagi.   Bersabarlah empat tahun lagi atau tidak sama sekali melihat dunia di luar istana !” Raja Thomas menyudahi sarapannya.  Roti yang baru sepotong ditelannya tidak dihiraukan lagi.
Putri Aurora pun tak dapat menahan kesal. Ini bukan kali pertama permintaannya melihat dunia di luar istana ditolak.  Namun dia mengerti kini bahwa ayahnya lebih keras daripada batu sekalipun, sekali tidak tetap tidak.  Putri Aurora tampaknya memilih untuk diam.
“Baiklah ayah” Putri Aurora beranjak dari duduknya dan segera pamit keluar.  Para dayang mengikutinya dengan terburu-buru, sedikit berlari.  Tujuannya pun hanya satu, ruang baca istana.  Putri Aurora ingin mencari jalan keluar dari istana ini, pasti ada peta bawah tanahnya, pikir Putri Aurora.
“Tinggalkan aku sendirian” ujar Putri Aurora tidak ingin diganggu di ruang baca.
Istana Winburg dan seluruh penghuni di dalamnya tidak menyisakan satu tempat tersendiri bagi Putri Aurora. Semua  penghuni istana ini adalah mata-mata ayah yang setiap saat mengawasi Putri Aurora hingga tidak jarang untuk bernapas pun sulit apalagi mencoba keluar dari istana ini.  Namun kali ini niat Putri Aurora untuk melarikan diri sudah bulat, tidak dapat berubah lagi.
“Aku harus mendapatkan peta istana.  Harus…” Putri Aurora mulai membuka buku demi buku yang sekiranya berisi peta yang dicarinya.  Kumpulan buku tersebut tidak ada yang berdebu tebal karena para dayang memang spesial membersihkan ruang baca ini sampai tidak boleh ada debu yang menempel.  Namun tetap saja Putri Aurora terbatuk-batuk lantaran dia juga membuka buku-buku lama di rak paling atas.  Mungkin saja buku ini tidak terjangkau oleh para dayang sehingga masiha da debu yang menempel.
“Manaaaa…” Putri Aurora terus mencari.  Membuka satu demi satu lembaran buku.  Dia sudah bertekad untuk menemukan peta yang dicarinya.  Sudah sejam sejak pencarian dan tampaknya Putri Aurora mulai kelelahan.  Harusnya dia juga meminta tolong para dayang untuk mencarinya namun kali ini Putri Aurora harus menyelesaikan semuanya sendiri supaya tidak ada yang mencurigai ide nakalnya.
“Nah ini dia”  Putri Aurora akhirnya mendapatkan apa yang dia cari, sebuah peta kuno tentang istana dan negeri nya.  Terselip di buku tebal tentang Winburg.  Yah, Putri Aurora ingat ini buku yang dihadiahkan guru alamnya waktu Putri Aurora berulang tahun yang ke tujuh tahun.  Saat itu Putri Aurora embira sekali mendapatkan buku ini namun karena hadiah buku dari guru lainnya lebih banyak lagi maka buku ini hanya bercampur dan langsung singgah di rak ruang baca ini.  Putri Aurora baru membukanya lagi kali ini.
“Wow…hapir saja buku in terlupakan bila tidak ada ide gilaku. Duh…bagaimana cara membacanya dan mencocokannya dengan kondisi sekarang” pikir Putri Aurora mulai membuka lembar demi lembarnya.
“Hmm…tampaknya aku harus mencari tanda yang tidak akan pernah berubah. Bukan kah ini taman batu bundar? Aha…aku mengerti sekarang” Putri Aurora kegirangan mendapatkan secercah harapan untuk dapat mengerti makna di balik peta tersebut sembari tangannya menyalin membuat peta baru hasil pemahamannya. Ayahnya pasti akan curiga bila salah satu buku di ruangan ini hilang.  Putri Aurora tahu bahwa semua buku yang ada di ruang bacanya sudah terarsip rapi termasuk dikelopokkan berdasarkan abjad dan jenisnya. Mungkin niat ayahnya menyuruh orang merapikan keseluruhan sudut ruang baca ini untuk memudahkan Putri Aurora  namun Putri Aurora tidak sebodoh yang diperkirakan bahwa ayahnya selalu meneliti apa yang dibacanya.  Tapi kali ini Putri Aurora pasti lebih cerdik.  Wah...tampaknya kecerdikan ayahnya menular pada sang putri juga.
“Ah…tampaknya aku harus menemui Tabib Rudolf lagi….” Putri Aurora mendesah.  Tabib Rudolf merupakan salah satu guru Putri Aurora yang sangat baik namun tetap Putri Aurora tidak boleh bersikap mencurigakan bila tidak mau Tabib Rudolf melaporkan kecurigaanya pada Ksatria Pelindung dan tentunya sudah dipastikan Raja Thomas akan tahu. Walau begitu, Tabib Rudolf memahami keinginan Putri Aurora melebihi seluruh penghuni istana ini termasuk Raja Thomas.  Juga paham keinginan Putri Aurora untuk melihat dunia luar sehingga Tabib Rudolf selalu menyebutkan daerah penghasil tanaman obat bila sedang mengajari Putri Aurora meracik obat.
Putri Aurora memang masih sangat belia karena usianya baru 13 tahun namun semangat belajarnya melebihi apapun juga.  Putri Aurora selalu mewujudkan apa yang dia inginkan dan sebelum hal tersebut terwujud, dia tidak akan berhenti.  Sejak kecil, Putri Aurora telah dilatih segala macam ilmu untuk bekal menjadi pewaris tunggal pada nantinya.  Mulai dari berenang, berkuda, memanah, bela diri, berpedang dan semua bekal setara dengan seorang ksatria telah diajarkan secara perlahan pada Putri Aurora.  Hal ini tidak lain karena Raja Thomas sejak ari awal menganggap Putri Aurora adalah lelaki sehingga Putri Aurora memang terdidik mirip lelaki.  Baru tiga tahun belakangan ini saja Raja Thomas mulai menyadari bahwa Putri Aurora tetaplah seorang putri yang berhak mendapatkan pelajaran etika seorang putri termasuk memanjangkan rambutnya.  Akhirnya tiga tahun terkahir ini pun Raja Thomas mulai mengurangi intensitas latihan fisik untuk Putri Aurora dan menggantinya dengan semua hal yang berbau feminis termasuk aturan baru bahwa Putri Aurora wajib mengenakan gaun layaknya wanita.
Awalnya Putri Aurora masih tampak canggung untuk mengubah kebiasaanya bermain pedang dengan seragam ksatria menjadi gaun nan indah namun perlahan Putri Aurora berhasil mengubah sikapnya.  Walau tidak jarang, sifat tomboy Putri Aurora masih melekat meskipun sudah mengenakan gaun indah.  Bila sudah seperti itu, tak ayal para dayang dan pelindungnya yang dibikin repot.
Selain belajar ilmu bela diri, Putri Aurora juga begitu menyukai tanaman obat.  Walaupun tidak pernah keluar dari istana, Putri Aurora mengetahui hampir seluruh tanaman khas negeri Winburg termasuk tanaman obat dari taman Magic Finger yang ada di dalam istana.  Taman Magic Finger memang berisi seluruh tanaman obat dari pelosok negeri Winburg dan sudah ada sejak seabad lalu dan telah menyembuhkan banyak penghuni istana Winburg bila sakit. 
Putri Aurora selalu menyempatkan datang ke taman Magic Finger setiap harinya entah hanya sekadar bermain petak umpet atau belajar meramu dari Tabib Rudolf.  Putri Aurora paling senang mengumpulkan tanaman yang baru dikenalnya dan meramunya menjadi teh yang menyegarkan setelah terlebih dahulu mengeringkan dedaunan yang dipetiknya tersebut.  Tidak sedikit dayang yang menyukai teh racikan Putri Aurora namun tidak jarang pula dayang yang sakit perut kalau Putri Aurora salah bereksperimen. Untungnya hingga saat ini Putri Aurora tidak pernah membuat kesalahan fatal lantaran teh racikannya.
Pernah sesekali Putri Aurora berlarian dengan para dayang di taman Magic Finger dan terjatuh hingga lututnya berdarah.  Anehnya Putri Aurora tidak menangis bahkan malah mengambil beberapa tanaman obat di sampingnya untuk menutupi lukanya.  Para dayang saat itu sangat panik karena darah mengucur deras dan hanya berteriak memanggil Ksatria Pelindung.  Mereka sedikit lega ketika Putri Aurora dapat mengatasi perdarahan tersebut dan tidak menangis hingga akhirnya Jonathan datang membopongnya.  Tabib Rudolf pun sampai berlarian menuju ke Taman Magic Finger.
“Putri Auroraku…tanaman apa saja ini yang digunakan” Tabib Rudolf terheran saat melihat tiga lembar daun menutupi luka Putri Aurora.
“Seperti yang guru ajarkan tapi karena di sampingku hanya ada Andrographis jadi aku kombinasikan dengan daun ini”
“Untunglah tuan putri bertindak cepat.  Butuh waktu untuk berlarian di istana besar ini.  Maafkan keterlambatan hamba putri” Tabib Rudolf  membuka luka tuan putri dan menggantinya dengan perban steril.
“Guru…tidak menggunakan tanaman ini lagi ?” tanya Putri Aurora serius ketika peralatan dokter mulai memenuhi sekitarnya.
“Ilmu pengobatan selalu berkembang putri dan kita tidak boleh menutup diri darinya.  Sekarang telah ditemukan kasa steril untuk menutup luka dan juga antibiotik untuk melawan bakteri yang ada pada luka.  Tentu saja hamba masih menggunakan alam untuk menyembuhkan luka namun hamba juga tidak boleh menutup diri dengan perubahan apabila itu memang baik” Tabib Rudolf menjelaskan panjang.
“Apakah akan mengajariku pengobatan baru itu juga kan guru?” Putri Aurora bertanya untuk meyakinkan dan Tabib Rudolf tersenyum sembari mengangguk pelan.
“Putri terlalu pintar untuk tidak mempelajari ilmu baru ini.  Silakan belajar tuan putri karena tuan putri merupakan salah satu murid terbaik yang pernah hamba miliki” ujar Tabib Rudolf telah usai menutup luka Putri Aurora.
“Terima kasih Guru.  Terima kasih juga Jo, telah menggendongku sampai sini” dan Jonathan hanya tersenyum.  Tingkah laku Putri Aurora memang selalu membuat bingung orang di sampingnya.  Sialnya, Jonathan tidak selalu dapat mengamati dari dekat karena Putri Aurora selalu saja mengomel bila ada Ksatria Pelindung di sekitar tempatnya bermain.  Asalkan Jonathan dapat selalu hadir di saat yang tepat, itu sudah cukup untuknya.
Ruang Baca dan Taman Magic Finger tidak pernah sepi dari kunjungan Putri Aurora bila tidak ada jadwal latihan fisik dan juga seabrek pelajaran lainnya.  Sementara Taman Batu Bundar tempat melarikan diri Putri Aurora bila bosan melandanya.  Sebenarnya ada tempat rahasia lain yang akhir-akhir ini kerap dikunjungi Putri Aurora demi mewujudkan ide gilanya.  Dan kali ini hanya Putri Aurora yang tahu.
***

7 komentar:

  1. Balasan
    1. iya lanjutannya apa lagi ya?????
      jadi bingung nieh


      Hapus
  2. wow seru banget ceritanya terus panjang banget lagi aku suka banget


    aku juga suka baca buku sama seperti Putri Aurora
    makanya waktu perpisahan sekaligus pengumuman kelulusa sekolah aku mendapat trofi minat baca perpustakaan

    buku memang sumber ilmu!!!!!

    BalasHapus
  3. makasih udah baca putri aurora kak avis

    kebetulan kisahnya itu kakak bikin pas kuliah dan skrng kakak udah kerja....jadi udah 5 tahunan dan blom slese sampai srkg. seneng bgt klo sophia mau baca kelanjutannya

    BalasHapus
  4. bagian paman Alfonso menceritakan perang yg tjd 50 th sblmnya mrpkn dialog yg tlalu panjang. Mgkn bs dipecah dlm bbrp pengungkapan dtmbh dg penggambaran situasi di sekitar si paman dg putri.

    BalasHapus
  5. Bagus. Kelihatannya yg buat punya bakat jadi penulis nih! Hehehe....

    BalasHapus